Tuesday, March 30, 2010

Anak Kos, Malangnya Dirimu...

Rabu, tanggal 17 Maret kemarin gue berhasil pindah dari rumah lama gue.

Sebagai catatan, rumah lama gue ada di alamat : Jalan Komodor Yos Sudarso Gang Nangka no. 9
Rumah lama gue jauh dari kampus. Sekali pergi ke kampus memakan waktu 20 menit, belum lagi hitung waktu macet dan lampu tricolor (baca : lampu lalu lintas) yang selalu buat semua orang sebal. Di Pontianak mungkin udah ada traffic timer di beberapa persimpangan yang ada traffic lamp-nya. Tapi tetap saja menyebalkan, malah makin menyebalkan setelah mengetahui fakta berikut...

Ambil contoh, di Perempatan A. Yani - K.H. Wahid Hasyim - Gusti Sulung Lelanang - Kota Baru.

Kalau kita keluar dari A. Yani, kita akan bertemu dengan traffic timer itu. Hanya saja masalahnya adalah, stopping timer secara default adalah 72 detik alias 1 menit 12 detik!!!

Siapa yang mau tetap nyalain mesin motornya dalam waktu segitu???

Itu masih belum seberapa. Di perempatan Gajah Mada - H.O.S. Cokroaminoto - jalan menuju Khatulistiwa Plaza (gue lupa namanya) - jalan menuju Matahari Mall (gue lupa namanya, lagi), traffic timer-nya bahkan lebih parah... 100 detik!!!
Ada lagi, di perempatan Johar - K.H. Wahid Hasyim - Karimata, stopping timer yang default adalah 120 detik!!!

Masya Allah...

Stopping timer-nya segitu, tapi moving timer-nya jauh lebih menyebalkan lagi. Cuma 25 detik!!! Lebih parah, ada yang cuma 15 detik!!!

Dan setelah menjadi mahasiswa selama 3 semester lebih ini, gue jadi semakin menghargai waktu. Pelajaran yang gue dapet dari pengalaman ini adalah : Jangan menyia-nyiakan waktu buat hal-hal yang gak ada gunanya, karena pada akhirnya kalian akan diseruduk kambing gunung dan dimakan beruang.

Eh, gak denk...

Doain gue biar dapat kamera yooo, gue mau arsipkan Pontianak, dan akan gue posting di fb, biar lo semua bisa liat Pontianak itu seperti apa.

Back to my topic, sekarang gue tinggal di Sepakat 1 Blok Batara no. A5. Lebih dekat sih, tapi tetap saja ada bedanya.

Sekarang gue seolah-olah jadi anak kos, padahal tinggal di rumah keluarga sendiri.
Nyuci sendiri, makan sendiri, masak sendiri, bersihin kamar sendiri, dan lain-lain.
Malah ada peraturannya sendiri...

Beneran jadi anak kos loh!

Sekarang gue ngerti penderitaan anak kos dimana-mana. Anak kos harus bisa mandiri, melebihi umur mereka. Dengan begitu anak kos diharapkan siap kerja dimanapun mereka berada. (kok jadi mirip slogan SMK ya???)

Huhuhu... Anak kos, malangnya dirimu...

Monday, March 22, 2010

Cinta Tyrannosaurus

Sejak dulu gue punya suatu kekhawatiran yang dalam.
Gak tau juga dapet darimana, tapi yang pasti hal itu selalu menghantui gue.
Yaitu...

"Cinta itu apa sih???"

Bukannya gue masih anak kecil sih (tapi banyak yang merasa iya) tapi gue rasa hanya hal ini yang masih gak bisa gue pahami secara live and realtime (ceileeeee...).
Jujur saja, meskipun putus nyambung putus nyambung mulu, gue masih gak paham.

Malah, dari pertanyaan yang 'sederhana' itu, mulailah muncul anak pertanyaan lainnya, seperti...
"Kenapa sih cinta itu ada? Apa benar cinta itu gak harus selalu memiliki? Kenapa sih harus ada kehilangan dalam cinta? Kenapa sih manusia harus bersaing untuk dapatkan cinta?" dan lain-lain.

Pertanyaan yang terakhir kusebut tadi adalah pertanyaan yang paling menghantui gue.

-----------------------------------------------------------------------------------

Gue flashback ingatan kabur gue, kembali ke September 2009.

"Mantan gue gak suka gue dekat sama cowok lain. Kalau ketauan, dia bakalan gak segan buat bonyokin muka tuh cowok"

Dalam hati gue bilang, "God, I will die. He's my reaper you've sent to this world. Kenapa Engkau begitu kejam???"

Gue belum siap mati hanya gara-gara ketemu reaper kayak dia.

Gue cuma bisa diam sambil nganggukkan kepala gue.

Selama beberapa hari gue mikir cara efisien buat eliminasi tuh cowok edan.
Pernah gue mikir, "Apa baiknya gue umpan dia ke kantor polisi aja ya? Jadi kalau dia mau mukul gue, dia bakalan dikejar polisi dan ditangkep. Tapi gak ah, nanti gue juga ditahan sebentar buat dimintai keterangan, lalu kalau gak ada bukti pasti, gue yang dijeblosin. Gak jadi."
Ribuan cara, taktik dan strategi gue pikirin bener-bener layaknya Shikamaru.
Tapi gue mati kutu.

Dan akhirnya gue mencapai ke 1 buah konklusi sadis : PASRAH

Posisi gue gak bagus.
Gawat sekali lah...
Kalau dia datang ke Pontianak, gue yang bakalan mampus.

Satu hal yang jadi pertanyaan gue.
Udah bergelar (konotasi hormat, sekali-kali gak masalah) mantan, kenapa masih segitunya sama mantan pacarnya?
Kalau masih cinta bilang saja, jangan berlagak tegar tapi ngolok-ngolok mantanmu dengan kata 'prostitute' di belakang.
Itu udah ngebuktiin lo lebih pengecut daripada gue.

Tapi ya sudahlah.
Cuma menangin otot apa gunanya.
Apalagi kalau diracuni dengan etanol dan nikotin.
Lo udah ngurangin nyawa lo 5 tahun.

Gue bersyukur gue bukan orang yang cepat putus asa, lalu mabuk-mabukan.
Karena gue tau masih ada hal yang lebih baik untuk dilakukan daripada minum miras yang ngabisin 500 ribu hanya buat 1 botol pembawa ajal.

-----------------------------------------------------------------------------------

Dari peristiwa itu, gue terus berpikir panjang.
Sampai rambut putih gue tampak, gue gak peduli.
Haruskah manusia mati hanya untuk cinta?
Apakah cuma itu tujuan hidup manusia?

Sekali lagi jujur, gue benci dengan yang namanya konflik dan masalah.
Gue malah berharap dunia ini aman-aman saja, tenteram, gak ada perang, gak ada permusuhan, gak ada masalah, semua terkendali.
Sayangnya harapan itu mungkin gak bakalan terwujud di dunia fana.

Kalau dalam cinta, gue selalu berharap prosesnya bakal mudah.
PDKT, nembak, pacaran, sampai nikah kalau bisa.
Tapi terkadang semua gak bisa berjalan sesuai rencana.
Pasti aja ada halangan dan gangguan.

Memang betul, cinta monyet hanya untuk anak-anak.
Di mana monyet-monyet itu bisa bebas mengekspresikan perasaan mereka terhadap monyet-monyet lawan jenis mereka tanpa syarat, tanpa beban, dan tanpa tujuan.
Tapi menginjak dewasa, segalanya berubah ganas.
Semua hal akan jadi beban, dan kita akan semakin primitif.
Bahkan lebih primitif daripada monyet yang 'setidaknya' masih terpelajar.

Kita gak akan berubah menjadi Brontosaurus yang herbivora.
Kita akan menjadi predator terhadap sesama.
Kita akan menjadi makhluk paling ganas di darat dari semua dinosaurus.
Benar...

Kita akan menjadi Tyrannosaurus.

Dan aku masih berpikir, kenapa Tyrannosaurus pernah muncul dan hidup di bumi... -_-
Powered By Blogger