Monday, March 22, 2010

Cinta Tyrannosaurus

Sejak dulu gue punya suatu kekhawatiran yang dalam.
Gak tau juga dapet darimana, tapi yang pasti hal itu selalu menghantui gue.
Yaitu...

"Cinta itu apa sih???"

Bukannya gue masih anak kecil sih (tapi banyak yang merasa iya) tapi gue rasa hanya hal ini yang masih gak bisa gue pahami secara live and realtime (ceileeeee...).
Jujur saja, meskipun putus nyambung putus nyambung mulu, gue masih gak paham.

Malah, dari pertanyaan yang 'sederhana' itu, mulailah muncul anak pertanyaan lainnya, seperti...
"Kenapa sih cinta itu ada? Apa benar cinta itu gak harus selalu memiliki? Kenapa sih harus ada kehilangan dalam cinta? Kenapa sih manusia harus bersaing untuk dapatkan cinta?" dan lain-lain.

Pertanyaan yang terakhir kusebut tadi adalah pertanyaan yang paling menghantui gue.

-----------------------------------------------------------------------------------

Gue flashback ingatan kabur gue, kembali ke September 2009.

"Mantan gue gak suka gue dekat sama cowok lain. Kalau ketauan, dia bakalan gak segan buat bonyokin muka tuh cowok"

Dalam hati gue bilang, "God, I will die. He's my reaper you've sent to this world. Kenapa Engkau begitu kejam???"

Gue belum siap mati hanya gara-gara ketemu reaper kayak dia.

Gue cuma bisa diam sambil nganggukkan kepala gue.

Selama beberapa hari gue mikir cara efisien buat eliminasi tuh cowok edan.
Pernah gue mikir, "Apa baiknya gue umpan dia ke kantor polisi aja ya? Jadi kalau dia mau mukul gue, dia bakalan dikejar polisi dan ditangkep. Tapi gak ah, nanti gue juga ditahan sebentar buat dimintai keterangan, lalu kalau gak ada bukti pasti, gue yang dijeblosin. Gak jadi."
Ribuan cara, taktik dan strategi gue pikirin bener-bener layaknya Shikamaru.
Tapi gue mati kutu.

Dan akhirnya gue mencapai ke 1 buah konklusi sadis : PASRAH

Posisi gue gak bagus.
Gawat sekali lah...
Kalau dia datang ke Pontianak, gue yang bakalan mampus.

Satu hal yang jadi pertanyaan gue.
Udah bergelar (konotasi hormat, sekali-kali gak masalah) mantan, kenapa masih segitunya sama mantan pacarnya?
Kalau masih cinta bilang saja, jangan berlagak tegar tapi ngolok-ngolok mantanmu dengan kata 'prostitute' di belakang.
Itu udah ngebuktiin lo lebih pengecut daripada gue.

Tapi ya sudahlah.
Cuma menangin otot apa gunanya.
Apalagi kalau diracuni dengan etanol dan nikotin.
Lo udah ngurangin nyawa lo 5 tahun.

Gue bersyukur gue bukan orang yang cepat putus asa, lalu mabuk-mabukan.
Karena gue tau masih ada hal yang lebih baik untuk dilakukan daripada minum miras yang ngabisin 500 ribu hanya buat 1 botol pembawa ajal.

-----------------------------------------------------------------------------------

Dari peristiwa itu, gue terus berpikir panjang.
Sampai rambut putih gue tampak, gue gak peduli.
Haruskah manusia mati hanya untuk cinta?
Apakah cuma itu tujuan hidup manusia?

Sekali lagi jujur, gue benci dengan yang namanya konflik dan masalah.
Gue malah berharap dunia ini aman-aman saja, tenteram, gak ada perang, gak ada permusuhan, gak ada masalah, semua terkendali.
Sayangnya harapan itu mungkin gak bakalan terwujud di dunia fana.

Kalau dalam cinta, gue selalu berharap prosesnya bakal mudah.
PDKT, nembak, pacaran, sampai nikah kalau bisa.
Tapi terkadang semua gak bisa berjalan sesuai rencana.
Pasti aja ada halangan dan gangguan.

Memang betul, cinta monyet hanya untuk anak-anak.
Di mana monyet-monyet itu bisa bebas mengekspresikan perasaan mereka terhadap monyet-monyet lawan jenis mereka tanpa syarat, tanpa beban, dan tanpa tujuan.
Tapi menginjak dewasa, segalanya berubah ganas.
Semua hal akan jadi beban, dan kita akan semakin primitif.
Bahkan lebih primitif daripada monyet yang 'setidaknya' masih terpelajar.

Kita gak akan berubah menjadi Brontosaurus yang herbivora.
Kita akan menjadi predator terhadap sesama.
Kita akan menjadi makhluk paling ganas di darat dari semua dinosaurus.
Benar...

Kita akan menjadi Tyrannosaurus.

Dan aku masih berpikir, kenapa Tyrannosaurus pernah muncul dan hidup di bumi... -_-

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger