Wednesday, March 14, 2012

"Masih Mau Cuek dengan Kuliahmu?"


"Masih Mau Cuek dengan Kuliahmu?" adalah sebuah buku yang dihadiahkan mantan pacar gue pada bulan November kemarin. Buku ini berisi motivasi-motivasi bagi mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir yang bingung dengan masa depannya, termasuk dalam dunia kerja. Secara pribadi gue menilai buku ini sangat bagus dan to the point. Enggak heran buku ini selalu ada di tas gue, dan sangat jarang gue keluarin. Bukan hanya karena isi bukunya, tapi ada something special yang gue jaga di buku ini.

So? Apa hubungan antara judul postingan kali ini, dengan buku tersebut, dan isi dari postingan kali ini?

Hari ini, saat gue sedang melihat teman-teman gue lagi sidang outline, gue ditegur salah satu dosen (yang banyak mahasiswa bilang) killer yang akan menguji salah satu teman gue, karena gue terlihat paling santai di antara yang lainnya. Beliau berkata dengan lantang di depan teman-teman gue, isinya yang tentu saja menyuruh gue banyak belajar dan mempercepat penyelesaian studi, dan tentu saja hal-hal lainnya yang membuat gue kembali down.

Gue akui, gue orangnya mudah sekali down, apalagi hanya dalam beberapa sentilan mengenai hal-hal yang gue anggap sangat pribadi buat gue, yang salah satunya adalah studi gue. Bukannya gue enggak mau mikirin studi gue, gue hanya mencoba untuk realistis. Gue masih memiliki banyak mata kuliah yang harus diambil dan yang harus diulang untuk memperbaiki nilai gue, meski enggak sampai sepuluh buah, dan karena itu gue mencoba untuk lebih fokus dengan kuliah gue daripada memikirkan isi skripsi yang akan gue presentasikan di ruang sidang nanti. Dan juga satu lagi, gue belum siap.

Ya, setelah beberapa kali melihat teman-teman gue seminar, yang gue rasakan adalah down, banget. Bukan cuma berpikiran apakah gue bisa menghadapi para dosen penguji itu, tapi juga seberapa besar mental yang harus gue siapkan sebelum memasuki ruangan "angker" itu. Dari pandangan gue, masuk ke ruangan itu seperti sedang memasuki ruang audisi Indonesian Idol, berhadapan dengan juri (dosen penguji), lalu kita menunjukkan kebolehan kita dalam bernyanyi (menjelaskan isi skripsi dan juga teori-teori mata kuliah yang kita pelajari selama ini), terkadang sampai lebih dari 1 jam di sana, lalu jika selesai kita akan menerima secarik kertas yang menyatakan bahwa skripsi kita lulus, lulus dengan perbaikan, atau bahkan tidak lulus. Terlebih dalam setiap ujian skripsi, para mahasiswa yang akan ujian membawa makanan dan minuman untuk disajikan pada dosen penguji, dan juga para petugas tata usaha dan administrasi kampus (should i do that too?), yang lama-lama malah mirip orang memberikan sesajen bagi para arwah-arwah tempatnya meminta bantuan agar lulus kuliah, wisuda, dan mendapatkan gelar. Jadi bisa dibayangkan berapa banyak modal pikiran, uang, dan mental yang harus dipersiapkan untuk menghadapi satu ujian skripsi. Kalau gak lulus? Ngulang lagi? Modal yang diperlukan pun membengkak.

"Masih mau cuek dengan kuliahmu?"
Hari ini, kata-kata itu kembali muncul dalam benak gue setelah sekian lama gue mencoba untuk mengendalikan pikiran gue agar enggak stres dari sekian banyak tuntutan yang ditujukan pada gue. Pada akhirnya, kalaupun gue terus mendapatkan tuntutan, gue enggak boleh berlama-lama down dan menjadi semakin galau. Karena pada dasarnya, segala bentuk sentilan; kritikan; saran; protes keras; singgungan; dagelan; parodi; gosip; gunjingan; bertujuan baik, yaitu untuk membuat diri kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, bukannya untuk membuat kita menjadi down bahkan galau tanpa akhir. Hanya saja banyak orang lebih menekankan sisi negatif yang ada dari hal-hal tersebut, tanpa melihat sisi lainnya yang bersifat membangun. Karena itu, mungkin kita perlu melihat sisi lain kehidupan yang tersembunyi dari pandangan kita. Dan mungkin karena itu pula, gue perlu membuka mata ketiga dan keempat gue agar gue bisa melihat kehidupan gue dengan sudut pandang yang lebih baik.

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger